JOMBANG – Kabar membanggakan datang dari Jombang. Setelah sukses tampil di Belanda pada acara Tong Tong Fair Den Haag di tahun 2022, saat ini grup Wayang Potehi Fu He An dari Gudo Jombang tampil di Italia.
Mereka tampil dalam rangkaian acara Festival Budaya Napoli, yang dilaksanakan 31 Mei sampai 6 Juni 2024 mendatang.
Selain tampil di Napoli, Wayang Potehi dari Jombang ini juga akan tampil di beberapa negara Eropa Barat serta kota-kota sekitarnya. Antara lain di Roma, Pompei dan Sorento.
Kabar ini disampaikan oleh Toni Harsono, sebelum berangkat ke Italia, seraya menunjukkan undangan resmi dari pihak penyelenggara di Italia. Ia adalah ketua grup Wayang Potehi Fu He An. Tokoh kelahiran Jombang ini dikenal luas sebagai sosok yang gigih melestarikan dan mengembangkan Wayang Potehi, yang terpusat di Klenteng Hong San Kiong Gudo. Bahkan ia juga membangun Museum Potehi, yang terletak di Jl. Raya Wangkal Gudo, Jombang.
Walaupun berasal dari China, namun Wayang Potehi sudah masuk sebagai salah satu dari 100 jenis wayang yang ada di Indonesia. Karakter tokoh wayang adalah boneka kayu yang dimainkan oleh dua orang Dalang dan 3 orang pemusik, yang terdiri dari pemain tambur, genderang dan terompet. Sedangkan cerita diangkat dari legenda daratan China. Pementasan Wayang Potehi umumnya digelar di kelenteng.
Menurut Toni, wayang potehi kini banyak digelar di berbagai acara dan tempat. Antara lain di gereja, mall, sekolah hingga pondok pesantren. Hanya saja tokoh dan karakternya disesuaikan. Bahkan wayang Potehi juga pernah tampil di lingkungan Jeron Beteng Keraton Yogyakarta pada tahun 2021 lalu.
“Hal ini sebagai bentuk akulturasi budaya Jawa dan China yang sudah terwujud berabad abad yang lalu” ujarnya.
Potehi berasal dari kata Pou Te Hi yang berarti boneka kantong kain. Berdasar legenda, kesenian ini berasal dari dalam penjara.
Alkisah ada lima orang yang hendak dihukum mati. Empat diantaranya bersedih menanti ajal namun satu orang memiliki ide menghibur diri. Mereka pun mengambil perkakas panci dan piring untuk alat musik. Satu diantaranya menjadi dalang dengan memainkan jalan cerita. Hiburan dari sel penjara itu terdengar oleh Kaisar dan mereka pun diperintahkan untuk memainkan pertunjukkan di depan Kaisar dan akhirnya diampuni.
Toni Harsono memang sudah mencintai kesenian ini sejak kecil. Kakeknya Tok Su Kwie, adalah dalang Potehi asli Tiongkok dari Kota Coan Ciu, Provinsi Hokkian, kota asal wayang potehi. Ayahnya, Hok Hong Kie merupakan dalang wayang potehi. Darah seni yang diwarisinya pun membuat dia getol melestarikan wayang potehi. Hanya saja pada masa itu pertunjukan wayang potehi dilarang, sehingga keberadaan wayang potehi pun sempat terancam. Apalagi dalang saat itu membuat wayang potehi sendiri-sendiri sehingga sulit dicari bentuk yang asli.
Pada Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, kesenian ini jadi momen kebangkitan kesenian wayang potehi. Toni Harsono pun makin getol untuk melestarikan dan mengembangkan wayang potehi. Ia rela menjelajah dari satu kota ke kota yang lain, bahkan sampai ke Tiongkok, untuk menemukan bentuk wayang potehi asli, seperti pada jaman kakeknya dulu.
Usahanya tidak sia-sia. Dalam jangka waktu lima tahun, ia berhasil mengumpulkan ratusan karakter boneka potehi asli seperti yang dimainkan ayah dan kakeknya dulu pada 2004. Ia juga merangkul para dalang wayang potehi untuk bergabung dengan grup wayang potehi Fu He An. Kini anggotanya berjumlah 5 orang Dalang dan 20 orang pemusik.
”Kalau ditanya apa motivasinya, saya hanya ingin melihat wayang potehi seperti asalnya dulu. Saya juga ingin bantu teman-teman dalang,” ungkap bapak lima anak ini, yang juga ketua Kelenteng Hong San Kiong.
Yang menarik, pelestari Wayang Potehi saat ini tidak hanya didominasi oleh etnis Tionghoa, namun juga banyak dari warga etnis Jawa dan suku lainnya. Bahkan mayoritas anggotanya adalah etnis Jawa. Toni pun membuka kesempatan luas bagi siapapun yang berminat untuk mempelajari wayang potehi.
Sebagai pelestari wayang potehi, berbagai penghargaan sudah diterimanya, baik nasional maupun internasional. Tahun 2017, Toni menerima penghargaan sebagai tokoh pengabdi seni dari bentara Budaya. Ia juga menerima penghargaan dari Museum Coancu Provinsi Hokian Tiongkok. Dan sebenarnya pentas di Italia awal Juni mendatang itu bukan yang pertama kali. Beberapa tahun sebelumnya, ia sudah membawa grupnya, Fu He An, pentas di beberapa negara. Antara lain Jepang, Malaysia dan Taiwan.*(Sas)