Panjinusantara.com, Sidoarjo – Keberadaan Tugu Hikayat Sang Delta di perempatan jalan Babalayar, penuh dengan makna simbolik dan bernilai seni tinggi. Bangunannya nampak seperti tunas pohon bambu yang bakal menjulang tinggi, Jum’at (12/1/2023).
Filosofi pohon bambu sendiri memiliki makna keluesan dan kekuatan, juga tidak mudah diterjang angin kencang. Karena karakter pohon bambu selain lues juga memiliki akar yang banyak namun juga kuat. Dari segi nilai manfaat, pohon yang biasanya tumbuh bergerombol ini mulai dari tunasnya sampai batangnya semuanya bisa dimanfaatkan.
Dahulu, perempatan Babalayar merupakan salah satu pusat ikon kota Sidoarjo, di tempat ini sebelum berdiri pusat perbelanjaan dan hotel. Dulunya merupakan pasar tradisional yang ramai dikunjungi warga Sidoarjo.
Selanjutnya di tahun 1980, Pemkab Sidoarjo membangun Pasar Larangan di Kecamatan Candi, mayoritas pedagang di Pasar Babalayar berpindah. Kemudian, Pemkab Sidoarjo membangun pasar tradisional lainnya seperti di Waru, Sukodono dan Porong.
Dibangunnya tugu di perempatan Babalayar, kata Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, merupakan bagian dari memperindah ruang terbuka yang ada. Ia melihat masih diperlukan sentuhan-sentuhan lagi di beberapa titik terbuka hijau terutama di jantung kota.
“Memanfaatkan space (tempat) yang ada, atau tempat terbuka. Kemudian ditata seperti di perempatan jalan Babalayar, dibangun Tugu Hikayat Sang Delta itu akan menambah spot ikon baru kota Delta,” ujarnya.
Gus Muhdlor menambahkan, jika dilihat lebih cermat desainnya seperti tunas, atau lebih tepatnya mirip tunas pohon bambu.
“Sidoarjo ini kota heterogen, latar belakang dari berbagai daerah bisa hidup berdampingan. Pohon bambu tidak tumbuh sendiri, selalu berdampingan dan karena itulah yang membuat pohon ini kuat. Ini seperti sebuah simbol, bahwa Sidoarjo memiliki karakter masyarakatnya yang lues (fleksibel) kemudian guyub, rukun dan kompak, sehingga membuat kota ini akan tumbuh lebih kuat lagi menghadapi tantangan zaman,” jelasnya.
Tanggapan dari masyarakat pun beragam, sebut saja Nugraha (40) warga Candi Sidoarjo itu menilai, keberadaan Tugu Hikayat Sang Delta jadi warna tersendiri bagi suasana kota Delta.
“Selama ini orang hafalnya dengan Pos Polisi Babalayar, namun sekarang menyebutnya Tugu Babalayar,” terang Nugraha.
Penghobi motor Custom Japstyle itu menanggapi positif, upaya Pemerintah Sidoarjo dalam merubah wajah kota lebih terlihat humanis dengan ikon-ikon tugu yang memiliki makna filosofis.
Nugraha berharap, perempatan Babalayar bisa diubah menjadi jalur lambat serta dihiasi dengan sorotan lampu yang lebih terang.
“Kalau bisa di perempatan Babalayar ini diubah jadi jalur lambat, jadi pengendara yang melewati tugu yang sudah jadi ikon baru kota Sidoarjo ini, bisa melihat lebih dekat,” pungkasnya.@Ana/Afd