JURNALISME PERSONAL

Gatot Irawan: Era Baru Literasi Pers dan Keaksaraan di Media Sosial

Panjinasional – Jurnalisme Personal. Kini tiba masanya Era Media Sosial, akhirnya paham jurnalistik bukan hanya menjadi urusan para jurnalis atau wartawan. Sebab setiap orang bisa berfungsi layaknya wartawan.

Bacaan Lainnya

Era Jurnalisme Personal. Keaksaraan bukan lagi aksara. Keaksaraan adalah literasi yang dimaknai sebagai kemelekan huruf, mengenal tulisan, serta dapat membaca tulisan yang baik dan benar.

Jurnalisme adalah pekerjaan untuk mengumpulkan, menulis, mengedit hingga menerbitkan berita dalam media cetak atau online.

Masuknya era media sosial yang mengubah lanskap informasi secara radikal, konsep jurnalisme tidak lagi terbatas terhadap para profesional media. Setiap individu kini memiliki peran dalam menyebarkan informasi, mengomentari berita, bahkan menciptakan konten sendiri. Fenomena ini telah melahirkan apa yang bisa disebut sebagai Jurnalisme Personal.

Transformasi Literasi dari Aksara ke Aksara Digital, ini sebagai pertanda Era Digitalisasi, sehingga Keaksaraan berubah menjadi Aksara Digital sejak Media Sosial mengoyak tatanan literasi aksara.

Tradisionalnya, literasi diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Namun, dalam konteks digital, literasi berubah menjadi kemampuan memahami, menganalisis, dan mengkritisi informasi yang tersebar di platform-platform media sosial. Aksara digital tidak hanya berhubungan dengan kemampuan teknis menggunakan perangkat digital, tetapi juga tentang bagaimana individu menggunakan media ini untuk berpartisipasi dalam dialog publik.

BACA JUGA: https://www.panjinasional.net/pilkada-pilpres/81447480/pdip-tidak-main-main-siapkan-3-jagoannya-mampukah-kalahkan-khofifah-emil-dardak-di-pilkada-jatim

Peran Media Sosial dalam Jurnalisme Personal

Media sosial merebak luas, seluas digitalisasi yang memungkinkan masyarakat umum tergerak untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam proses jurnalisme. 

Mereka bisa melaporkan peristiwa di sekitar mereka secara real-time, mengabadikan momen penting, atau menyampaikan opini mereka terhadap isu-isu terkini. Hal inilah yang mengubah dinamika tradisional, dimana informasi disaring dan dipresentasikan oleh para jurnalis profesional.

Tantangan dalam Jurnalisme Personal?

Meskipun Medsos memberi kekuatan kepada individu untuk berkontribusi dalam ruang publik, jurnalisme personal juga membawa sejumlah tantangan. Salah informasi, konten yang tidak bertanggung jawab, dan penyebaran berita palsu menjadi risiko yang harus diatasi. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengembangkan literasi digital yang kuat dan bertanggung jawab.

Etika dalam Jurnalisme Personal

Sebagai bagian dari ekosistem informasi yang lebih luas, gunakan Etika dalam Jurnalisme Personal, sebab adanya Individu yang terlibat dalam jurnalisme personal, sehingga perlu mematuhi prinsip-prinsip etika jurnalistik.

Hal ini termasuk mengonfirmasikan sumber, fakta dan data sebelum menyebarkan informasi, harus menghormati privasi orang lain, dengan menggunakan dialog yang membangun. sebab digitalisasi tidak akan bisa terhapus jika informasi suda beredar, dan data digital sangat berdampak, bahkan bisa merugikan secara sepihak.

Kesimpulannya adalah, bahwa jurnalisme personal menandai evolusi signifikan dalam cara kita mengonsumsi dan menghasilkan informasi. dimana setiap orang dapat menjadi penyampai berita, literasi digital bukan lagi pilihan, tetapi keharusan.

Dengan mengembangkan kemampuan ini secara bertanggung jawab, kita dapat memastikan bahwa media sosial tetap menjadi alat yang kuat untuk mengedukasi, mempengaruhi, dan menginspirasi masyarakat global.

Meskipun bahasa medsos bisa menghujat dan menghakimi siapa saja terhadap berbagai kalangan.Tak pandang usia.

Maka, menulis artikel dengan berbagai cara dan penelitian 

pun bukan menjadi kebutuhan. Namun ada Posisi Jurnalistik bisa menjadi metode untuk peningkatan kapasitas diri.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *