Panjinusantara, Surabaya – Ratusan Warga nelayan dan masyarakat pesisir timur Surabaya dari Kecamatan Sukolilo, Rungkut, Mulyorejo, dan Bulak, Surabaya, penuhi Undangan dari Granting Jaya, pada Sabtu, 14 September 2024, di Atlana Room Atlantis (Kenpark) jalan Sukolilo nomor 100, Surabaya.
Namun Warga nelayan dan masyarakat pesisir timur Surabaya sangat kecewa, dan berorasi serambi membawa sepantuk dan benner bertuliskan “Tolak Reklamasi” karena kedatangan meraka tidak ada respon dan tidak ditemui oleh pihak PT Granting Jaya.
“Meskipun undangan malam hari ini dibatalkan tanpa pemberitahuan pada kita, dengan etika baik kita sudah datang namun kita tidak disambut oleh pihak pengundang, (PT Granting Jaya),” seru Yasin, selaku ketua kordinator nelayan Kejawan Putih Tambak.
Baca Juga : Eks Wali Kota Tri Rismaharini, Membuka Acara Jalan Sehat Dengan Membawa Bendera Tolak Reklamasi
“Kami datang atas undangan resmi dari PT Grating Jaya, tapi setelah kami datang kami diabaikan, dan kami diacuhkan. Kami yakin pihak PT Granting Jaya, tidak punya nyali untuk menghadapi kita,” seru Yasin, ketua kordinator nelayan Kejawan Putih Tambak.
“Kami nelayan pesisir pantai Surabaya menolak secara keras Reklamasi, karena reklamasi benar-benar dan nyata merenggut hidup kami, dan kami menyatakan tolak reklamasi,” tambahnya.
Dalam undangannya PT Granting Jaya yang dimaksudkan penjelasan proyek Surabaya Waterfront Land (SWL), dan undangan resmi tersebut ditandatangani oleh Agung Pramono juru bicara PT Granting Jaya.
Demi menjaga kondusifitas masyarakat dengan ini pertemuan tersebut dibatalkan,“ tulis Agung Pramono, ditujukan kepada Kapolsek Kenjeran.
Baca Juga : Eri Cahyadi Turun Masalah Selesai, Bongkar Tembok Pembatas Jalan Tambak Wedi Baru
Heru, selaku ketua Forum Masyarakat Madani Maritim, menyerukan kepada warga nelayan supaya jangan sampai terpengaruh dengan iming-iming manis yang dijanjikan oleh PT Granting Jaya, karena proyek ini penuh siasat.
Senada, Hatib, Kordinator Nelayan Bulak, menerangkan bahwa pembangunan 4 pulau di pesisir timur Kota Surabaya, sangat merugikan nelayan. Terlebih nelayan jaring dan nyager, pencari kerang dan jangkang.
“Yang jadi korban tidak hanya Surabaya, tapi nelayan dari Sidoarjo, Pasuruan, Madura, Gresik. Maka dari itu kalau pulau reklamasi itu dibangun, tempat mencari nafkah bagi nelayan akan hilang,” ungkap Hatib.(Har)
Ikuti Berita Online Terupdate: https://panjinusantara.com