Panjinusantara.com Sampang – Setiap tahun angka stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak di Kabupaten Sampang, Madura, mengalami penurunan sejak empat tahun yang lalu, mulai dari 2018 hingga 2021. Adapun data rincinya, untuk 2018 turunnya angka stunting di Kota Bahari mencapai 47,9%, 2019 34,39 %, dan 2021 17,2%.
Sedangkan tahun ini (2022) datanya masih belum keluar, namun pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes-KB) Sampang jika di tahun ini angka stunting kembali turun, meski tidak signifikan.
Hal itu dipastikan dengan beberapa upaya ekstra yang tengah dilakukan pada tahun ini, salah satunya pelatihan Pemberian Makan Bayi Dan Anak (PMBA) kepada para bidan.
Kepala Dinkes-KB Sampang, dr Abdullah Najich melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes KB Sampang, Agus Mulyadi mengatakan bahwa PMBA memiliki ruang lingkup perbaikan gizi ibu hamil, gizi ibu menyusui, IMD, Asi eksklusif, Asi lanjutan dan MP Asi.
“Maka melalui kegiatan PMBA, bidan turut memberi dukungan pada bumil, busui, atau ibu balita agar senantiasa memperhatikan asupan gizi yang baik selama periode 1000 HPK,” ujarnya, Selasa (29/11/2022).
ia menambahkan, terdapat tujuh Puskesmas yang menjadi sasaran program itu diantara, puskesmas Torjun, Sreseh, Camplong, Tanjung, Banyuates, Jrengik dan Puskesmas Kedungdung.
Degan begitu, bagi bidan yang telah menerima pelatihan diharapkan mampu memahami tatalaksana pemberian makan bayi dan anak, begitupun pada kondisi khusus dan kondisi bencana. Termasuk pengaturan makan bagi ibu hamil dan ibu menyusui dan pengorganisasian monitoring dan evaluasi.
“Untuk pelatihan telah digelar sejak 21 November 2021 lalu dan berjalan selama sepekan, dengan metode paparan diskusi dan praktek kepada keluarga stunting,” pungkasnya.***