BKKBN Gandeng Ulama Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja Ke 600 Santriawati

BKKBN Gandeng Ulama Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja Ke 600 Santriawati

Panjinusantara.com, Jember – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan sosialiasi Kesehatan Reproduksi Remaja ke 600 Santriwati Pondok Pesantren Darul Hikmah Al-Ghazaalie Jember.

Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan menurunkan angka dispensasi nikah (Diska) di Kabupaten Jember.

Bacaan Lainnya

“Sesuai dengan arahan dari Wakil Presiden, untuk melibatkan tokoh-tokoh agama dalam mensosialisasikan usia ideal menikah baik bagi putra maupun bagi putri, untuk menciptakan rumah tangga harmonis, anak-anak yang hebat dan keluarga yang berkualitas,” kata Hasto Wardoyo,

Kepala BKKBN RI usai mengisi materi pada acara Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Pondok Pesantren Darul Hikmah Al-Ghazaalie Jember, Selasa (31/01/2023).

Dokter spesialis kandungan ini menjelaskan, saat ini banyak sekali remaja yang secara fisiknya sudah besar, begitu pula dengan kebutuhan biologis yang mulai muncul. Namun mereka tidak bisa menahannya dengan baik, sehingga terburu-buru untuk memenuhinya dan memilih menikah muda.

Padahal menikah dalam usia muda banyak sekali resikonya, khususnya pada perempuan yang reproduksinya belum matang. Bila terjadi kehamilan merupakan kehamilan beresiko tinggi baik kepada ibu maupun janin yang dikandung.

Selain itu dari mental dan kematangan emosional masih labil dan sangat rawan terjadinya pertengkaran hingga berujung pada perceraian. “Tahun 2021, di Indonesia tingkat perceraian sangat tinggi yaitu 581 ribu kasus perceraian,” sebutnya.

Perceraian terjadi, jelas Hasto karena suami sebagai kepala keluarga belum dewasa, belum bisa memaklumi dan menerima kekurangan sang istri begitu pula sebaliknya sang istri yang belum bisa menerima kekurangan suami, sehingga apa yang dirasakan di dalam hati langsung diungkapkan yang hal itu justru menyebabkan percekcokan.

“Secara fisik mereka sudah besar, hasrat biologis juga besar dan mereka ‘golek enak e’ dengan buru-buru menikah. Seharusnya mereka bisa ‘puasa’ dulu demi masa. Untuk itu kami melakukan sosialisasi Kesehatan Reproduksi remaja, agar mereka tidak terburu-buru menikah demi masa depan mereka dan keluarga mereka nanti,” paparnya.

Ditempat yang sama, Pendiri Pondok Pesantren Darul hikmah Al-Ghazaalie Jember, KH Achmad Nashihin AR menjelaskan, kami melihat kegiatan ini sangat positif karena ini sesuai dengan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.

Bagaimanapun kita menginginkan generasi yang sehat, bahagia dunia akhirat dan menjadikan Kabupaten Jember sebagai daerah dengan angka dispensasi nikah atau pernikahan dini yang rendah.

“Banyak Wali Santri kami dari desa dan selama Wali Santri meminta saran ke kami, maka kami selalu menyarankan Santri siap menikah adalah saat usia Santri siap untuk menjalani kehidupan sakinah mawaddah warohmah dengan ilmu yang sudah matang. Ilmu yang sudah matang itu minimal lulus SMA atau di atas 19 tahun,” jelasnya.

Sebanyak 600 Santriwati Ponpes Darul Hikmah Al-Ghazaalie mulai Santriwati kelas SMP, MTs, SMA, SMK dengan serius mengikuti sosialisasi Kesehatan Reproduksi remaja di Aula Pondok Pesantren.

Mereka mendapatkan materi seputar Kesehatan Reproduksi Remaja Putri dan Redam Pernikahan Dini, cegah stunting, menuju generasi emas.@Roh

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *