Wabup Sidoarjo, Berikan Perhatian Intens Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar

Wabup Sidoarjo, Berikan Perhatian Intens Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar

Sidoarjo, www.panjinusantara.com – Wakil Bupati Sidoarjo, H. Subandi S.H., memberikan perhatian yang intens terhadap penerapan kurikulum Merdeka Belajar. Dimana pada saat ini transformasi kurikulum tersebut terus digencarkan ke sekolah – sekolah.

Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) SD GUGUS 1,2, dan 3, Kecamatan Sukodono, menggelar kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), di Fave Hotel Sidoarjo. Rabu (17/5/2023), dengan mengusung tema, “Transformasi Menjadi Guru Merdeka Mengajar.”

Bacaan Lainnya

Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Wabup Sidoarjo. H. Subandi SH. Dengan Narasumber, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Sidoarjo Dr. Tirto Adi, M.Pd., dan Analisis Kebijakan Ahli Muda Sub. Pemenuhan Hak Anak, Nilam Cahyandari L. S.St, M.Si.

Menurut Subandi, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi, profesionalitas dan produktivitas secara berkesinambungan.

“Saya berharap dengan pelaksanaan PKB ini mampu meningkatkan layanan Pendidikan. Bisa memfasilitasi guru untuk mencapai standart kompetensi, serta memotivasi guru untuk komitmen melaksanakan tugas secara professional,” jelasnya.

Kondisi ini, tidak lepas dari era digitalisasi. Tuntutan jaman harus terus kita perhatikan. Di era digital ini juga harus lebih hati – hati, dengan kondisi anak – anak yang lebih banyak menggunakan gadget dari pada berinteraksi dengan lingkungan.

“Ini menjadi tugas bapak ibu guru mengawal Pendidikan anak – anak, apalagi dengan kurikulum merdeka belajar. Kebebasan dalam kurikulum merdeka belajar, terutama untuk pemanfaatan Handphone menjadi sumber permasalahan nantinya. Berikan mereka kebebasan diera digital sesuai porsinya dan tetap harus diarahkan dengan baik,” sambungnya.

Ketua Korwil PKB KKG Gugus 1, 2, 3, Kecamatan Sukodono, Dra. Mukayatun menyampaikan, bahwa dalam kurikulum merdeka belajar, untuk materi sesuai dengan sekolah atau lembaga masing – masing. Antara sekolah A dan B kurikulumnya bisa berbeda, sesuai dengan karakter dan kemampuan sekolah masing – masing.

“Mau tidak mau bapak dan ibu guru juga harus mengikuti kurikulum merdeka. Ini menjadi tantangan bagi para pengajar, yakni dituntut untuk mengikuti perkembangan jaman. Tidak harus membuat modul, bahan ajar bisa lewat browsing

Ia menghimbau kepada para guru, menggunakan kesempatan mengajar dengan kurikulum merdeka agar lebih baik lagi.

“Pada intinya kurikulum ini menjadi kunci dari setiap proses Pendidikan. Pada tahun ini merupakan tahun transisi, dari kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka. Hal ini perlu dipersiapkan dengan matang, mengingat pada masa pandemi kemarin dunia Pendidikan benar – benar terpuruk”, ucapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Tirto Adi, saat di temui awak media. Usai memberikan materi, ia menjelaskan, bahwa guru itu harus diberikan kemerdekaan dalam  mencerdaskan anak – anak. Ketika guru itu bisa inpro, bisa mensosialisasikan diri, berdasarkan anak – anak cerdas dan mencerdaskan, maka akan lahir anak – anak yang hebat. Dengan pertanyaan adanya modern digitalisasi, inovasi dan motivasi terhadap guru – guru.

Lebih lanjut, “sekarang eranya teknologi, informasi dan komunikasi, maka itu semua guru, kepala sekolah termasuk siswa SMK harus familiyer dengan era terkait itu, maka sekarang sudah saatnya pendidikan ini harus move on”.

“Dari yang bersifat administrasi base ke digital base, bahannya dipersiapkan dirumah saja, yang berupa rencana ulasan pembelajaran maupun mau belajar. Kalau dulu dipersiapkan kertas tetapi sekarang tidak boleh lagi, harus ditransformasi dari paper kis ke digital base, bisa diketik dilaptop juga dari Hp”, tutur Tirto Adi.

Tirto Adi berharap, kedepannya setelah ada pelaksanaan PKB, kompetensi guru meningkat, kompetensi kepala sekolah meningkat, dan kompetensi pengawasan meningkat.

“Kalau di dunia persilatan hanya orang – orang yang punya sabuk hitam saja yang bisa menghasilkan pendekar – pendekar bersabuk hitam,” artinya ketika gurunya an power, kepala sekolahnya an power, pengawasan an power jadi ikut berdaya. Ia akan bisa an power, bisa memperdayakan murid – muridnya dan kita bentuk guru dan kepala sekolahnya”, pungkasnya.**@Ana/Afd

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *